©WebNovelPub
The Shattered Light-Chapter 100: – Cahaya di Tengah Bayangan
Chapter 100 - – Cahaya di Tengah Bayangan
Kaelen berdiri di tepi jurang, menatap langit yang kini kembali biru. Kegelapan yang melahap dunia mereka telah lenyap, tetapi ia tahu betul bahwa ini belum berakhir. Darius telah mengorbankan dirinya, tetapi jejak keberadaannya masih terasa di udara, dalam setiap hembusan angin yang menyusup ke dalam dadanya yang sesak.
Serina melangkah mendekat, suaranya lembut namun tegas. "Kaelen... kita harus pergi. Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama."
Pria bertudung mengangguk. "Gerbang sudah tertutup, tetapi masih ada sisa-sisa energi yang bisa kita manfaatkan. Kita harus mencari tahu apakah masih ada cara untuk membawa Darius kembali."
Kaelen tidak menjawab, matanya masih terpaku pada cakrawala yang terbentang luas. Dalam pikirannya, suara Darius terus bergema. Jangan lupakan aku, Kaelen...
Akhirnya, ia menarik napas dalam dan berbalik. "Baik. Kita akan mencari jawabannya. Tapi pertama-tama, kita harus memastikan bahwa dunia ini benar-benar aman."
Mereka berjalan melalui reruntuhan, melewati desa-desa yang dulu hancur akibat perang antara Cahaya dan Kegelapan. Sekarang, dengan jatuhnya Ordo Cahaya dan hilangnya kekuatan kegelapan yang menguasai Darius, dunia mulai memulihkan dirinya sendiri.
Namun, rasa damai itu terasa rapuh.
Di setiap sudut, Kaelen melihat wajah-wajah yang dipenuhi harapan sekaligus ketakutan. Mereka yang dulu bersembunyi kini mulai keluar, menatap langit seolah tidak percaya bahwa matahari masih bisa bersinar tanpa ancaman bayangan yang mengintai.
Serina memperhatikan ekspresi Kaelen. "Apa yang ada di pikiranmu?"
Kaelen menghela napas. "Aku bertarung demi balas dendam. Demi menghancurkan mereka yang merenggut keluargaku. Tapi sekarang, aku menyadari sesuatu..."
New novel chapters are published on freewёbn૦νeɭ.com.
"Apa itu?" tanya Serina.
Kaelen menatapnya dengan mata yang penuh kesadaran. "Aku tidak hanya kehilangan keluargaku. Aku juga kehilangan diriku sendiri. Dan aku tak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi."
Serina tersenyum tipis, lalu menepuk bahunya. "Kalau begitu, mari kita pastikan tidak ada yang harus melalui apa yang kita alami."
Mereka tiba di benteng terakhir Ordo Cahaya yang masih berdiri. Para penyintas dari kedua belah pihak berkumpul di sana—mantan prajurit, orang-orang yang dulu percaya pada Cahaya, dan mereka yang selamat dari kebrutalan perang.
Salah satu dari mereka, seorang wanita tua dengan mata tajam, melangkah maju. "Apakah ini sudah berakhir? Apakah kita akhirnya bebas?"
Kaelen menatap semua orang di sekitarnya, merasakan berat pertanyaan itu. "Kita sudah menghancurkan musuh yang menindas kita, tetapi perang ini meninggalkan luka yang dalam. Aku tidak bisa menjanjikan bahwa semuanya akan baik-baik saja dalam semalam. Tetapi aku berjanji... kita tidak akan membiarkan ini terjadi lagi."
Suara gemuruh setuju terdengar dari mereka yang mendengar kata-katanya. Orang-orang mulai bergerak, membentuk komunitas baru dari puing-puing yang tersisa.
Seorang pria muda dengan luka di wajahnya melangkah maju. "Kita telah kehilangan banyak hal... keluarga, rumah, harapan. Tapi jika kau berkata ada masa depan untuk kita, Kaelen, maka aku akan mempercayainya."
Serina melirik Kaelen dengan bangga. "Aku tak menyangka kau bisa menjadi pemimpin seperti ini."
Kaelen tertawa kecil, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama. "Aku juga tidak menyangka."
Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanannya belum berakhir. Bayangan Darius masih menghantui pikirannya, dan ia bersumpah akan menemukan cara untuk membawanya kembali.
Saat malam mulai turun, Kaelen berdiri di puncak bukit, menatap langit berbintang. Angin malam berhembus lembut, membawa suara yang nyaris tidak terdengar.
Lalu, sesuatu membuatnya menegang.
Untuk sesaat, ia merasa ada seseorang yang mengawasinya dari bayangan. Sebelum ia bisa mencari tahu, suara berbisik terdengar lagi di kepalanya—lebih jelas dari sebelumnya.
'Aku menunggumu, Kaelen...'
Matanya melebar, tetapi ketika ia menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun di sana.
Kaelen menarik napas panjang, mengepalkan tinjunya. Ini belum berakhir. Ia akan menemukan jawaban, akan mencari jalan untuk membawa kakaknya kembali. Karena satu hal yang pasti—Darius belum benar-benar hilang darinya.